Rabu, 12 April 2017

Hasil Observasi Kelompok 10


I. IDENTITAS SEKOLAH :
Nama Sekolah : SMP Methodist-2 Medan
Alamat              : Jl. M. H Thamrin no.96, Medan Sumatera Utara-Indonesia
Telepon            : (061) 4565281
Fax                    : (061) 4567246
Email                : info @methodist2mdn.sch.id
Visi Sekolah   :
Agar para siswa-siswi dapat meninggalkan pintu gerbang sekolah Methodist-2 Medan sebagai orang yang mencintai Tuhan, mematuhi aturan/hukum dan penuh keperdulian yang diimani dengan nilai-nilai moral Kristen yang kuat dan dipenuhi dengan kebanggaan dan kesetiaan terhadap sekolah.
Misi Sekolah  :
Sebagai sekolah Kristen, Methodist-2 Medan mengajarkan karakter yang kuat yang didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus yang melingkupi ukuran akal budi, rohani dan jasmani.
II. URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
            Hari                             : 31 Maret 2017
            Waktu                          : 08.10-08.40 WIB
            Lama Observasi            : 30 menit
            Pembagian Tugas        : Seluruh anggota kelompok 10 yang terdiri dari tujuh orang mahasiswa dari fakultas psikologi bersama-sama melakukan pengamatan di kelas IX A SMP METHODIST 2 dengan tanya jawab kepada sebagian siswa di dalam kelas, mengamati lingkungan fisik kelas, mengamati proses belajar di luar kelas saat pelajaran olahraga, dan mengambil foto & video selama proses observasi.
Narasumber                 : Siswa/siswi SMP Methodist 2, Bapak O. Sembiring selaku guru mata pelajaran penjaskes dan ibu Risma selaku guru BP.                              
III. BEBERAPA HAL MENGENAI OBSERVASI YANG DILAKUKAN
Kelompok                              : 10 (Sepuluh)
Anggota                                  :
-          Ahmad Raihan Budiman (161301128)
-          Berliana Nadya (161301133)
-          Debora Saragih (161301097)
-          Dicki Rahmad Chan (161301112)
-          Hafiza Hanim (161301095)
-          Yuni Natasya (161301080)
-          Siti Syafiqah (161301083)
Suasana Observasi    : Suasana observasi cukup menyenangkan dan lancar, meskipun waktu yang diberikan oleh pihak sekolah untuk mengobservasi kegiatan belajar mengajar sanga sempit, tetapi data yang didapatkan cukup memuaskan. Para guru dan siswa juga sangat ramah dan koorporatif dengan para observer.
Hasil Observasi          : Pada saat kami melakukan observasi, ada 15 orang anak yang sedang keluar ruang kelas untuk ujian mata pelajaran penjaskes.
                        Siswa-siswi di kelas ini merupakan gabungan siswa-siswi yang berprestasi dari seluruh kelas VII. Hal-hal yang membuat kelas tidak kondusif adalah Kelas IX A yang kami observasi merupakan kelas yang tergolong padat sehingga berpotensi kacau atau tidak kondusif. Ruang kelas kami nilai terlalu kecil untuk dihuni sebanyak 56 orang siswa dan fasilitas AC yang kurang mumpuni membuat siswa masih merasa kepanasan dan kurang nyaman dalam belajar, padahal kelas merupakan tempat disetting untuk banyak aktivitas mulai dari aktivitas akademik sampai dengan aktivitas sosial (bermain, berkomunikasi dengan teman, berdebat,dll).
Gaya penataan kelas yang dipakai adalah gaya auditorum tradisional yaitu semua murid duduk menghadap guru, sehingga tidak membatasi kontak tatap muka antar murid dan guru bebas bergerak.






Kelas IX A memiliki ruang kelas yang lumayan kecil untuk jumlah siswa yang cukup banyak, meja yang menyatu serta kursi panjang untuk dua orang membuat para  siswa sedikit tidak leluasa, masing-masing meja memiliki laci untuk lokasi penyimpanan pensil dan beberapa buku. Kelas memiliki dua mesin pendingin (AC), intensitas cahaya yang cukup, papan tulis whiteboard, dan ketersediaan proyektor (namun sedang bermasalah). Perangkat kelas seperti ketua dan wakil kelas, sekretaris dan bendahara juga memiliki peran dalam kelangsungan proses belajar. Para murid juga mendapat kesempatan bertanya baik di kelas dan diluar kelas jika mengalami kesulitan dalam belajar. Para murid memiliki penilaian terhadap guru favorit yang ditinjau dari pemberian materi dan nilai yang baik.
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru tidak mengabsen murid – murid yang hadir, melainkan sekertaris kelaslah yang mengabsen siswa. Pada saat kami melakukan observasi kelas dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu 15 murid pergi melaksanakan kegiatan ujian di lapangan dan manajemen kelas dalam ruangan diambil alih oleh ibu risma. 
 _MG_2194.JPG
Sebagian besar murid menunjukkan antusiasmenya mendengarkan ibu risma berbicara untuk memotivasi murid agar tidak mengalami problem akademik dan emosional. Walapun ada dua orang murid ang kami lihat bermain gadget di kelas, kemudian diingatkan oleh gurunya. Guru dalam kelas kami nilai dapat menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
Stategi umum yang kami lihat dalam manajemen kelas yang dilakukan oleh bu risma adalah gaya otoritatif. Sebagaimana yang dikatakan dalam teori, guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give and take dan menunjukkan perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif menjelaskan aturan dan regulasi, serta menentukan  standar dengan masukan dari murid.
Komuniksi yang dilakukan oleh guru kepada muridnya adalah komunikasi secara verbal dan bersikap asertif (tegas). Ceramah yang diberikan juga efektif. Murid- murid juga berperilaku hagat, aktif dan menyenangkan. Serta tidak malu – malu ntuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Selain itu kami juga melihat kegiatan yang dilakukan di lapangan. Para murid menunjukkan antusiasme yang serupa dengan yang ada di dalam kelas.

IV. KESIMPULAN
            Kami menyimpulkan bahwa manajemen kelas yang dilakukan oleh guru sudah cukup baik sehingga murid menjadi sangat aktif dikelas, mandiri, menunjukkan penghargaan diri yang tinggi, dan hangat, meskipun fasilitas dalam kelas kurang memadai.
_MG_2191.JPG


Minggu, 09 April 2017

Testimoni Mengenai Mata Kuliah Pendidikan

Halohaiiii readers :) :)
Aku mau kasi kesan nih mengenai gimana sih Psikologi Pendidikan itu,apasih yang dipelajari dan kenapa perlu dipelajari.

Menurutku sih,pendidikan merupakan hal yang WAJIB diperoleh oleh setidaknya setiap anak,kenapa?,Karena pendidikan merupakan dasar dari segala sisi kehidupan dan penting untuk dapat melangsungkan kehidupan juga agar lebih baik readers.

Di mata kuliah psikologi pendiddikan aku belajar banyak hal,seperti lebih mengerti tentang apa itu belajar-dan ternyata belajar pun ternyata karna ada stimulus loh,aku juga tau tentang tahapan-tahapan perkembangan mulai dari bayi-balita-remaja-sampai ke remaja akhir,pokeke dimata kuliah ini banyak hal yang aku belum tahu menjadi tahu.

Oiya,aku juga merasa termotivasi untuk mengukuti mata kuliah ini karna ada salah satu dosen yang mengajar dengan santai dan memotivasi mahasiswa yang menjawab atau mau menceritakan pengalaman dan diakhir pertemuan dikasi coklat loh,kan lumayan hehe,menurutku sih itu salah satu stimulus yang diberikan dosen agar mahasiswa aktif dikelas.

nah itu dia cerita aku tentang mata kuliah dan perkuliahan psikologi pendidikan readers,semoga bermanfaat yaa,terima kasih :) :)

MOTIVASI

MOTIVASI


Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu kata movere yang berarti bergerak. Dalam konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan sebagai proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.

Pada tahun 1943, pakar psikologi motivasi Abraham Maslow memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang menjadi terkenal.

Maslow menyatakan bahwa psikologoi motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, yaitu :
Psikologi
Kebutuhan dasar yang utama, antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk bertahan hidup.
Keamanan
Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
Cinta
Keinginan untuk dicintai dan mencintai oleh setiap makhluk hidup.
Penghargaan
Kebutuhan akan reputasi, kebanggan, dan pengakuan dari orang lain.
Aktualisasi diri
Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi.

Konsep penting motivasi belajar

Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan konsekuensi dari penguatan, suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidak cocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.

Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemerdayaan atribusi. Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam, strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas dan memberikan umpan balik dengan sering dan segera. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontigen, spesifik dan dapat dipercaya.

Sertain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :
a.Physiological drive,yaitu dorongan-dorongan yang bersifat fisologis/jasmaniah. Seperti lapar, haus,      dan sebagainya.
b.Social motives,yaitu dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain dalam    masyarakat. Seperti dorongan estetis, ingin selalu berbuat baik dan sebagainya.

Sardiman A. M mengatakan motivasi terdiri dari:
-         Motivasi Instrinsik
Motivasi Intrinsik adalah suatu motif atau dorongan yang berasal dan dalam diri seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sardiman menandaskan bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang tidak perlu dirangsang dan luar, karena dalam din setiap mdividu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah hal keadaan yang berasal dan dalam din siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
-         Motivasi Ekstrinsik
      Motivasi ekstrinsik adalah motif atau dorongan yang datang dari luar dirinya atau dorongan itu datang dan orang lain. Tujuan dan motivasi ekstrinsik ini adalah untuk membangkitkan minat seseorang agar lebih rajin dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik ini aktif apabila ada rangsangan dari luar dirinya yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli akan perkembangan pribadinya[23]
Motivasi ekstrinsik ini perlu diperhatikan terutama bagi pendidik sebagai :orang yang paling bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak-anak. Memang hasrat di dorong agar mau belajar atau mau melakukan sesuatu kegiatan Motivasi ekstrinsik juga termasuk yang dipelajan (learned motives) karena motif ini dapat dimiliki seseorang melalui proses kematangan, latihan, melalui belajar.

Fungsi Motivasi Belajar
Sardiman A.M, mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat baik, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
2.      Menentukan arah perubahan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. [34]
Jadi, motivasi itu diberikan untuk :
a.       Membangkitkan minat belajar siswa
b.      Memberikan kesempatan kepada siswa dalam memperoleh hasil yang lebih baik.
c.       Memberikan penguatan kepada siswa.
d.      Melaksanakan evaluasi.
Fungsi motivasi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi, karena seseorang melakukan usaha harus mendorong keinginannya, dan menentukan arah perbuatannya kearah tujuan yang hendak dicapai.  Sehingga siswa dapat menyeleksi perbuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan yang bermanfaat  bagi tujuan yang hendak dicapainya.



Masa Perkembangan Anak

Masa Perkembangan Anak

  Erik Erikson (1902 – 1994 : 1), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh interaksi sosial dan budaya antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Erikson membahas perkembangan psikologis disepanjang kehidupan manusia dan bukan antar masa bayi dan remaja.
  Freud (2009 : 10) merupakan teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi.
  Harlock yang memandang perkembangan sebagai serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari adanya proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Ini berarti bahwa perubahan itu adalah serangkaian perubahan yang dialami individu dai kematangan  dan pengalaman yang di hasilkan dari interaksi yang di lakukan.
  Menurut Monks dkk, mengartikan perkembangan sebagai “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.”
TAHAPAN

v  Masa Kanak-kanak Awal/Prasekolah (2-6 tahun)
·         Masa negativis (Trotzalter)
·         Masa bermain
ü  unoccupied behavior
ü  onlooker behavior
ü  solitary dependent
ü  paralel play
ü  associative play
ü  cooperative play
·         Eksplorasi
      Pada tahap ini anak akan mulai melakukan banyak hal sesuai dengan imajinasinya.Biasanya anak akan bermain sendiri untuk memulai mengeksplorasi segala hal yang ada disekitarnya.
·         Masa meniru
       Pada tahap ini anak akan menirukan atau mepraktekan ulang apa dan siapa yang sedang dilihatnya meskipun mungkin tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan.
Tahap perkembangan kognitif (Piaget) : Praoprasional
ð  tahap belajar dengan bahasa
ð  tahap berpikir : egosentris
Tingkat perkembangan moral (Kohlberg) : Prakovensional
ð  tahap 1 : Orientasi hukuman
ð  tahap 2 : Orientasi ganjaran

v  Masa Kanak-kanak Akhir (6-11 tahun)
·      1-2 tahun terakhir merupakan masa prapubertas
·      Pengaruh teman sebaya mulai dominan
·      Tahap kognitif : Operasional – Konkrit
ü  mampu berpikir logis
ü  menguasai konversi jumlah
ü  mampu mengklasifikasikan objek
·      Tingkat perkembangan moral : Kovensional
ü  tahap 3 : orientasi “good boy/girl”
ü  tahap 4 : orientasi otoritas
·      Menurut Erikson : tahap industry Vs inferiority

v  Masa Remaja/Adolescense (11/12-18/24 tahun)
·         Perkembangan fisik : mengarah ke bentuk badan
·         Perkembangan seksual : mulai aktifnya hormon seksual => menarche dan polutio
·         Pola pikir cenderung egosentris
·         Perkembangan identitas diri : identy vs role
·         Perkembangan moral : terdapat kenvensional
ü  Tahap 5 : orientasi kontak sosial
ü  Tahap 6 : orientasi asas etis

Remaja mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Mereka mulai menggunakan keterampilan intelektualnya dalam memutuskan kemungkinan-kemungkinan,sehingga mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri.
a.       Identitas
1)      Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
2)      Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
3)      Mereka bertindak pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan serta pendapatnya
b.      Otonomi
c.       Penyesuaian Diri
d.      Perkembangan Pribadi
e.       Keintiman
f.       Hubungan dengan Kelompok Teman Sebaya
g.      Berkencan
4.      Pengajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
a.       Mendorong Perkembangan Kognitif
b.      Mendorong Perkembangan Sosioemosional
c.       Mendorong Perkembangan Pribadi dan Perkembangan Sosial
5.      Masalah-Masalah Remaja
a.       Kenakalan Remaja
b.      Gangguan Emosi



Resume LEARNING

RESUME MATERI LEARNNG

Belajar atau learning merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi,keterampilan dan sikap.Proses belajar dimulai sejak manusia masi bayi sampai sepanjang hidupnya.
Belajar adalah : sebuah perubahan atau penambahan perilaku permanen yang di dapat melalui pengalaman.
Tokoh dari materi ini yaitu Ivan Pavlov.              
Elemen kunci : asosiasi 2 stimulus            Frekuensi dan Timing.
Defenisi :
“Suatu bentuk belajar dimana stimulus netral (CS) dipasangakan dengan UCS untuk menghasilkan CR yang identik dengan UCR”
Terminologi dalam kondisioning klasikal :
1.    Unconditioned Stimulus (US)
ð  Stimulus asli atau netral : Stimulus yang tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon.
2.    Unconditioned Response (UR)
ð  Perilaku responden,respon tak bersyarat,yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US,misalnya rasa senang murid-murid karena mendengar bel pulang berbunyi.
3.    Conditioning Stimulus (CS)
ð  Stimulus bersyarat,yaitu stimulus yang tidak langsung menimbulkan respon.Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengn US secara terus menerus agar menimbulkan respon.
4.    Conditioned Response (CR)
ð  Respons bersyarat,yaitu respon yang muncul dengan hadirnya CS.
Hasil belajar kondisioning klasikal dapat dihilangkan dengan tekhnik : Counter Conditioning.Caranya adalah dengan melemahkan bahkan menghilangkan suatu rasa takut terhadap sebuah  stimulus dengan memunculkan stimulus lain yang memiliki respon berbeda.
Kondisioning operan : Belajar konsekuensi.
Belajar dimana konsekuensi dari perilaku mengarahkan pada perubahan probabilitas perilaku.

Ada 3 macam konsekuensi yang mempengaruhi perilaku,yaitu :
Ø  Penguatan positif
Ø  Penguatan negatif,dan
Ø  Hukuman

Schedules of Positive Reinforcement (Skinner)/penguatan positif oleh Skinner :
¶  Fixed ratio : Jumlah tertentu yang sudah ditetapkan
¶  Variable ratio : jumlah tidak tetap dan individu tidak mengetahuinya
¶  Fixed interval : berdasarkan waktu yang sudah ditetapkan
¶  Varible interval : individu tidak mengetahui kapan akan mendapatkan reinforcement

Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.



Sekian,Terima Kasih.

Disqus Shortname

Comments system

By :
Free Blog Templates